marquee bergerak :)

IMMAISY A-pgsd 2010
to know what you didn't know

Selasa, 24 Mei 2011

Tentang KARYA SASTRA

Karya sastra merupakan suatu karya imajinatif dari seorang yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni.
Kata kesusastraan berasal dari bahasa sansekerta. Kata kesusastraan terbentuk dari kata susastra dan imbuhan ke-an. Sedangkan kesusastraan itu sendiri masihdapat dipecah lagi yaitu su dan sastra yang berarti tulisan atau karangan. Susastraberarti tulisan atau karangan yang indah dan baik, berimbuhan ke-an berartisegala hal atau sesuatu yang berhubungan dengan sastra. Kata kesusastraan dapatdiartikan sebagai segala nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.
Sedangkan Sastra sendiri memiliki arti ciptaan manusia ke dalam bentuk sastra, baik tulisan maupun lisan yang dapat menimbulkan rasa senang.
 
Karya sastra dibagi menjadi 3, yaitu PROSA, PUISI dan DRAMA.

1.  Karya Sastra Bentuk PROSA
     Karangan prosa ialah karangan yang bersifat menjelaskan secara terurai mengenai suatu masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain.
Pada dasarnya karya bentuk prosa ada dua macam, yakni :
1. Karya sastra yang bersifat sastra (fiksi) : karya sastra yang kreatif,  imajinatif dan non-ilmiah.
2. Karya sastra yang bersifat bukan sastra (nonfiksi) : karya sastra yang nonimajinatif, faktual dan ilmiah.

Macam Karya Sastra Bentuk Prosa
Menurut temanya, dibagimenjadi 2, yakni :
1. Prosa lama
2. Prosa baru

Perbedaan prosa lama dan prosa baru menurut Dr. J. S. Badudu adalah:
Prosa lama:
1.  Cenderung bersifat stastis, sesuai dengan keadaan masyarakat lama yang mengalami perubahan secara   lambat.
2.  Istanasentris ( ceritanya sekitar kerajaan, istana, keluarga raja, bersifat feodal).
3.  Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca dibawa ke dalam khayal dan fantasi.
4.  Dipengaruhi oleh kesusastraan Hindu dan Arab.
5.  Ceritanya sering bersifat anonim (tanpa nama)
6.  Milik bersama
Prosa Baru:
1.  Prosa baru bersifat dinamis (senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat)
2.  Masyarakatnya sentris ( cerita mengambil bahan dari kehidupan masyarakat sehari-hari)
3.  Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah, drama. Berjejak di dunia yang nyata, berdasarkan kebenaran dan kenyataan
4.  Terutama dipengaruhi oleh kesusastraan Barat
5.  Dipengaruhi siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas
6.  Tertulis
1.       Prosa lama 
Prosa lama adalah karya sastra daerah yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Dalam hubungannya dengan kesusastraan Indonesia maka objek pembicaraan sastra lama ialah sastra prosa daerah Melayu yang mendapat pengaruh barat. Hal ini disebabkan oleh hubungannya yang sangat erat dengan sastra Indonesia.  Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan. Disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Dikenal bentuk tulisan setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Melayu mengenal tulisan. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sejarah sastra Indonesia mulai ada.

Bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah:
a.  Mite adalah dongeng yang banyak mengandung unsur-unsur ajaib dan ditokohi oleh dewa, roh halus, atau peri. Contoh Nyi Roro Kidul
b.  Legenda adalah dongeng yang dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat. Contoh: Sangkuriang, SI Malin Kundang
c.  Fabel adalah dongeng yang pelaku utamanya adalah binatang. Contoh: Kancil
d.  Hikayat adalah suatu bentuk prosa lama yang ceritanya berisi kehidupan raja-raja dan sekitarnya serta kehidupan para dewa. Contoh: Hikayat Hang Tuah.
e.  Dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Contoh: Cerita Pak Belalang.
f.   Cerita berbingkai adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam

2.       Prosa Baru
Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Prosa baru timbul sejak pengaruh Pers masuk ke Indonesia yakni sekitar permulaan abad ke-20. Contoh: Nyai Dasima karangan G. Fransis, Siti mariah karangan H. Moekti.
Berdasarkan isi atau sifatnya prosa baru dapat digolongkan menjadi:
1.  Roman adalah cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati, mengungkap adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail/menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Contoh: karangan Sutan Takdir Alisjahbana: Kalah dan Manang, Grota Azzura, Layar Terkembang, dan Dian yang Tak Kunjung Padam 
2.  Riwayat adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa atau Prof. Dr. B.I Habibie atau  Ki hajar Dewantara.  
3.  Otobiografi adalah karya yang berisi daftar riwayat diri sendiri.
4.  Antologi adalah buku yang berisi kumpulan karya terplih beberapa orang. Contoh Laut Biru Langit Biru karya Ayip Rosyidi
5.  Kisah adalah riwayat perjalanan seseorang yang berarti cerita rentetan kejadian kemudian mendapat perluasan makna sehingga dapat juga berarti cerita. Contoh: Melawat ke Jabar – Adinegoro, Catatan di Sumatera – M. Rajab.
6.  Cerpen adalah suatu karangan prosa yang berisi sebuah peristiwa kehidupan manusia, pelaku, tokoh dalam cerita tersebut. Contoh: Tamasya dengan Perahu Bugis karangan Usman. Corat-coret di Bawah Tanah karangan Idrus.
7.  Novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dan kehidupan orang-orang. Contoh: Roromendut karangan YB. Mangunwijaya.
8.  Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk  suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yangs ifatnya objektif dan menghakimi.
9.  Resensi adalah pembicaraan/pertimbangan/ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
10.Esai adalah ulasan/kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif  atau sangat pribadi.

2. Karya sastra bentuk PUISI
Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat.

Unsur-unsur intrinsik puisi adalah
a.  tema adalah manifestasi / pengejawantahan ide atau gagasan pokok.
b.  amanat adalah apa yang dinasihatkan kepada pembaca
c.  rima adalah persamaan-persamaan bunyi
d.  ritma adalah perhentian-perhentian/tekanan-tekanan yang teratur
e.  metrum/irama adalah turun naik lagu secara beraturan yang dibentuk oleh persamaan jumlah kata/suku tiap baris
f.   majas/gaya bahasa adalah permainan bahasa untuk efek estetis maupun maksimalisasi ekspresi
g.  kesan adalah perasaan yang diungkapkan lewat puisi (sedih, haru, mencekam, berapi-api, dll.)
h.  diksi adalah pilihan kata/ungkapan
i.   tipografi adalah perwajahan/bentuk puisi

Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
a.  Puisi lama
Ciri puisi lama:
1.  merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
2.  disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
3.  sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima

Yang termausk puisi lama adalah  
      1.  Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib
     2.  Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran,  2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka
3.  Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek 
4.  Seloka adlah pantun berkait.
5.  Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat 
6.  Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita
     7.  Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris

b.       puisi baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.Menurut isinya, puisi dibedakan atas
1.  Balada adalah puisi berisi kisah/cerita
2.  Himne adAlah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
3.  Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang ebrjasa
4.  Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
5.  Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
6.  Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
7.  Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik

Membaca Puisi
Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam membaca puisi antara lain:
1.  Jenis acara: pertunjukkan, pembuka acara resmi, performance-art, dll.
2.  Pencarian jenis puisi yang cocok dengan tema: perenungan, perjuangan, pemberontakan,perdamaian, ketuhanan, percintaan, kasih sayang, dendam, keadilan, kemanusiaan, dll.
3.  Pemahaman puisi yang utuh.
4.  Pemilihan bentuk dan gaya baca puisi, meliputi poetry reading, deklamasi, dan teaterikal .
5.  Tempat acara: indoor atau outdoor.
6.  Audien.
7.  Kualitas komunikasi.
8.  Totalitas performansi: penghayatan, ekspresi( gerak dan mimik) .
9.  Kualitas vokal, meliputi volume suara, irama (tekanan dinamik, tekanan nada, tekanan tempo).
10. Kesesuaian gerak.
11. Jika menggunakan bentuk dan gaya teaterikal, maka harus memperhatikan:
a)  pemilihan kostum yang tepat.
b)  penggunaan properti yang efektif dan efisien.
c)  setting yang sesuai dan mendukung tema puisi.
d)  musik yang sebagai musik pengiring puisi atau sebagai musikalisasi puisi.


B.       Drama/Film
     Drama atau film merupakan karya yang terdiri atas aspek sastra dan asepk pementasan. Aspek sastra drama berupa naskah drama, dan aspek sastra film berupa skenario. Unsur instrinsik keduanya terdiri dari tema, amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan akting (peragaan gerak para pemain).

Periodisasi Sastra Indonesia
Periodisasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra yang ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Maksudnya tiap babak waktu (periode) memiliki ciri tertentu yang berbeda dengan periode yang lain.

1.       Zaman Sastra Melayu Lama
Zaman ini melahirkan karya sastra berupa mantra, syair, pantun, hikayat, dongeng, dan bentuk yang lain.

2.       Zaman Peralihan
Zaman ini dikenal tokoh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Karyanya dianggap bercorak baru karena tidak lagi berisi tentang istana danraja-raja, tetapi tentang kehidupan manusia dan masyarakat yang nyata, misalnya Hikayat Abdullah (otobiografi), Syair Perihal Singapura Dimakan Api, Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jedah. Pembaharuan yang ia lakukan tidak hanya dalam segi isi, tetapi juga bahasa. Ia tidak lagi menggunakan bahasa Melayu yang kearab-araban.

3.       Zaman Sastra Indonesia
a.       Angkatan Balai Pustaka (Angkatan 20-an)
Ciri umum angkatan ini adalah tema berkisari tentang konflik adat antara kaum tua dengan kaum muda, kasih tak sampai, dan kawin paksa, bahan ceritanya dari Minangkabau, bahasa yang dipakai adalah bahasa Melayu, bercorak aliran romantik sentimental.
Tokohnya adalah Marah Rusli (roman Siti Nurbaya), Merari Siregar (roman Azab dan Sengsara), Nur Sutan Iskandar (novel Apa dayaku Karena Aku Seorang Perempuan), Hamka (roman Di Bawah Lindungan Ka’bah), Tulis Sutan Sati (novel Sengsara Membawa Nikmat), Hamidah (novel Kehilangan Mestika), Abdul Muis (roman Salah Asuhan), M Kasim (kumpulan cerpen Teman Duduk)

b.       Angkatan Pujangga Baru (Angkatan 30-an)
Cirinya adalah
1) bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia modern
2)  temanya tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah yang kompleks, seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan sebagainya
3) bentuk puisinya adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang terdiri dari 14 baris
4) pengaruh barat terasa sekali, terutama dari Angkatan ’80 Belanda
5)  aliran yang dianut adalah romantik idealisme
6)  setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.

Tokohnya adalah
1. STA Syhabana (novel Layar Terkembang, roman Dian Tak Kunjung Padam)
2.  Amir Hamzah (kumpulan puisi Nyanyi Sunyi, Buah Rindu, Setanggi Timur)
3.  Armin Pane (novel Belenggu)
4.  Sanusi Pane (drama Manusia Baru)
5.  M. Yamin (drama Ken Arok dan Ken Dedes)
6.  Rustam Efendi (drama Bebasari)
7.  Y.E. Tatengkeng (kumpulan puisi Rindu Dendam)
8.  Hamka (roman Tenggelamnya Kapa nVan Der Wijck).

c.        Angkatan ’45
Ciri umumnya adalah bentuk prosa maupun puisinya lebih bebas, prosanya bercorak realisme, puisinya bercorak ekspresionisme, tema dan setting yang menonjol adalah revolusi, lebih mementingkan isi daripada keindahan bahasa, dan jarang menghasilkan roman seperti angkatan sebelumnya.
Tokohnya antara lain :
1.  Chairil Anwar (kumpulan puisi Deru Capur Debu, kumpulan puisi bersama Rivai Apin dan Asrul Sani Tiga Menguak Takdir)
2.  Achdiat Kartamiharja (novel Atheis)
3.  Idrus (novel Surabaya, Aki)
4.  Mochtar Lubis (kumpulan drama Sedih dan Gembira)
5. Pramduya Ananta Toer (novel Keluarga Gerilya)
6.  Utuy Tatang Sontani (novel sejarah Tambera)

d.       Angkatan ’66
Ciri umumnya adalah tema yang menonjol adalah protes sosial dan politik, menggunakan kalimat-kalimat panjang mendekati bentuk prosa.
Tokohnya antara lain :
1.  W.S. Rendra (kumpulan puisi Blues untuk Bnie, kumpulan puisi Ballada Orang-Orang Tercinta)
2.  Taufiq Ismail (kumpulan puisi Tirani, kumpulan puisi Benteng)
3.  N.H. Dini (novel Pada Sebuah Kapal)
4.  A.A. Navis (novel Kemarau)
5.  Toha Mohtar (novel Pulang)
6.  Mangunwijaya (novel Burung-burung Manyar)         
7.  Iwan Simatupang (novel Ziarah)
8.  Mochtar Lubis (novel Harimau-Harimau)     
9.  Mariannge Katoppo (novel Raumannen).

e.         Angkatan 1980 - 1990an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an
2.        Y.B Mangunwijaya  : Burung-burung Manyar (1981)
3.        Darman Moenir : Bako (1983), Dendang (1988)
4.        Budi Darma : Olenka (1983), Rafilus (1988)
5.        Sindhunata : Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
6.        Arswendo Atmowiloto : Canting (1986)
7.        Hilman Hariwijaya : Lupus - 28 novel (1986-2007), Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003), Olga Sepatu Roda (1992), Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
10.    Remy Sylado : Ca Bau Kan (1999), Kerudung Merah Kirmizi (2002)
4.         Angkatan Reformasi
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
5.         Angkatan 2000-an
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
1.        Ayu Utami : Saman (1998), Larung (2001)
6.        Andrea Hirata , Laskar Pelangi (2005), Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), Maryamah Karpov (2008), Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)
7.        Ahmad Fuadi : Negeri 5 Menara (2009), Ranah 3 Warna (2011), Tosa, Lukisan Jiwa (puisi) (2009), Melan Conis (2009)
6.         Cybersastra
Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (Internet), baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi. Ada beberapa situs Sastra Indonesia di dunia maya semisal : duniasatra(dot)com.

D.       Identifikasi Moral, Estetika, Sosial, Budaya Karya Sastra
1.  Identifikasi Moral
     Sebuah karya umumnya membawa pesan moral. Pesan moral dapat disampaikan oleh pengarang secara langsung maupun tidak langsung. Dalam karya satra, pesan moral dapat diketahui dari perilaku tokoh-       tokohnya atau komentar langsung pengarangnya lewat karya itu.
2.  Identifikasi Estetika atau Nilai Keindahan
     Sebuah karya sastra mempunyai aspek-aspek keindahan yang melekat pada karya sastra itu. Sebuah puisi, misalnya: dapat diamati aspek persamaan bunyi, pilihan kata, dan lain-lain. Dalam cerpen dapat diamati pilihan gaya bahasanya.
3.  Identifikasi Sosial Budaya
     Suatu karya sastra akan mencerminkan aspek sosial budaya suatu daerah tertentu. Hal ini berkaitan   dengan warna daerah. Sebuah novel misalnya, warna daerah memiliki corak tersendiri yang      membedakannya dengan yang lain. Beberapa karya sastra yang mengungkapkan aspek sosial budaya: Pembayaran karya Sunansari Ecip mengungkapkan kehidupan di Sulawesi Selatan dan Bako Karya Darman Moenir mengungkapkan kehidupan Suku Minangkabau di Sumatera Barat.

1 komentar: